Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.

Biografi Tuan Guru H. Zainal Ilmi Al Banjari: Perjalanan Hidup Penuh Karamah dan Kearifan Spiritual

Makam Tuan Guru H. Zainal Ilmi Al Banjari - Foto Al Faqir Ahmad

Radigfareligion.online - Tuan Guru H. Zainal Ilmi Al Banjari atau Guru Anang Ilmi dilahirkan di Desa Dalam Pagar Martapura pada hari Sabtu subuh pukul 4.30 WITA tanggal 7 Rabi'ul Awwal 1304 H atau bertepatan dengan 4 Desember 1886 M. Ayahanda beliau bernama H. Abdussamad bin H. Muhammad Sa'id Wali bin Aminah binti Khalifah H. Syihabuddin bin Syaikh H. Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kalampayan, sedangkan ibunda beliau bernama Hj. Qamariah.

Guru Anang Ilmi sejak kecil hingga dewasa banyak mendapatkan bimbingan ilmu agama dari guru dan keluarga beliau yang sangat kental dengan ilmu agama, sehingga sejak kecil sudah tertanam Tauhid, Fiqih, dan Akhlak di dalam diri beliau.

Akhlaqul karimah dan sopan santun dalam bergaul sejak kecil adalah sebuah tanda bahwasanya beliau akan menjadi seorang ulama. Sejak kecil sudah pandai memelihara waktu dengan menyibukkan diri menuntut ilmu dan ibadah serta menjauhi perbuatan yang sia-sia.

Awal belajar Fiqih dan Hadits beliau berguru kepada ayahnya sendiri selama kurang lebih 6 tahun, kemudian belajar ilmu Munadharah kepada Syaikh Muhammad Amin bin Qadhi H. Mahmud Al Banjari dan Syaikh Muhammad Ali bin Syaikh Abdullah Al Banjari. Selain itu, guru-guru beliau lainnya adalah Syaikh Abdurrahman Muda, Syaikh H. Ismail bin Ibrahim Al Banjari, H. Abbas bin Mufti Abdul Jalil, dan Syaikh Abdullah bin Syaikh Muhammad Shalih Al Banjari.

Beliau pernah diangkat menjadi Penasihat Badan Pemulihan Keamanan Daerah Kabupaten Banjar ketika terjadi Pemberontakan Ibnu Hajar, setiap Jum'at beliau memberikan penerangan kepada masyarakat yang terpengaruh dengan pemberontakan ini.

Di antara karamah beliau pernah diceritakan bahwa suatu hari beliau sedang mengajar di rumahnya, pada waktu itu banyak muridnya yang hadir, tiba-tiba beliau mengatakan: Kita berhenti sebentar.

Kemudian beliau masuk ke dalam kamar dan melepaskan pakaiannya, lalu beliau mengambil dua buah timba untuk diisi air di sungai di depan rumahnya. Air tersebut kemudian beliau bawa ke jalan raya dan disiramkan satu timba ke sebelah kanan dan satu timbanya lagi ke sebelah kiri. Selesai melakukan hal tersebut, beliau kemudian masuk lagi ke dalam rumah dan bertemu dengan ibundanya.

Ibundanya pun lantas berkata: "Mengapa kamu siramkan air itu ke jalanan sedangkan kamu susah-susah mengambilnya dari sungai? Lebih bermanfaat air itu untuk mengisi tempat air yang kosong"

Beliau menjawab: "Kita menolong orang yang kesusahan, yaitu orang yang sedang kebakaran"

Lalu ibundanya berkata lagi: "Apakah kebakaran di tengah jalanan? Hal tersebut diucapkan ibundanya beberapa kali"

Berselang tiga hari setelah kejadian yang di luar akal tersebut, datanglah seseorang berkunjung kepada beliau dan berkata: Guru, kami sangat berterima kasih kepada guru. Di kampung kami terjadi kebakaran dan setelah beberapa rumah penduduk terbakar kemudian saya bertawasul dengan meminta pertolongan kepada guru, setelah itu saya lihat guru datang memberikan pertolongan dengan membawa dua buah timba dan menyiramkan air ke api tersebut hingga api tersebut padam seketika. Dan inilah keperluan saya ziarah ke sini, sekedar menyampaikan ucapan terima kasih atas pertolongan guru kepada kami di Desa Sungai Salai (Desa Sungai Salai, Kecamatan Candi Laras Utara, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan).

Di lain waktu ada seorang petani di desa yang mempunyai kebun durian, namun belum pernah menghasilkan buah. Petani tersebut rupanya mempunyai hajat apabila kebun duriannya tersebut mengeluarkan buah maka akan diberikan kepada Guru Anang Ilmi, dan ternyata pada tahun tersebut hanya berbuah tiga buah saja. Si petani itu kebetulan tidak ada kesempatan memberikan secara langsung buah durian tersebut kepada beliau, maka dia terpaksa menitipkan durian tersebut kepada tetangganya yang kebetulan akan bersilaturahmi kepada Guru Anang Ilmi. 

Dalam perjalanan, orang yang diamanahi tadi rupanya tidak berpikir panjang lalu dibelahnya satu durian dan dimakannya. Sesampainya di Martapura, kemudian dia membeli durian sebagai ganti durian yang dimakannya. Tidak lama setelah itu barulah dia ke tempat Guru Anang Ilmi dan langsung menyerahkan ketiga durian tadi, oleh Guru Anang Ilmi dua buah durian beliau ambil kemudian durian satunya beliau belah dan beliau suguhkan kepada tamunya tadi. Sambil bercanda beliau berkata: Bagaimana rasanya dengan durian yang kamu belah dan kamu makan dalam perjalanan tadi? Manis yang mana dengan yang ada ini? Maka muka tamu tersebut langsung berubah heran bercampur malu karena hal yang dilakukannya dalam perjalanan rupanya diketahui oleh beliau.

Guru Anang Ilmi meninggal dunia karena sakit saat sedang berdakwah di Desa Karang Intan pada 13 Dzulqa'dah 1375 H atau bertepatan dengan 21 Juni 1956 M dalam usia kurang lebih 70 tahun.

Adapun makam Tuan Guru H. Zainal Ilmi Al Banjari terletak di Jalan Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari, Desa Kalampayan Tengah, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan (Link Google Maps).

(Ditulis Oleh Al Faqir Ahmad)

Tokoh Ulama
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar

Baca Juga:

Gambar Postingan 1

Waspada Penyakit Ain, Ini Doa Perlindungan dan Upaya Pencegahannya

Gambar Postingan 2

Doa Nabi Yunus AS Saat Dalam Kesulitan: Pelajaran Kesabaran dan Iman

Gambar Postingan 3

Jejak Sejarah : Mengenal Syaikh Muhammad Nafis bin Idris bin Husein Al Banjari

Gambar Postingan 4

Mengapa Islam Mengajarkan Kewajiban Memuliakan Wanita?

Gambar Postingan 5

Biografi Ulama Kalsel Tuan Guru H. Muhammad Ramli bin Tuan Guru H. Muhammad Amin bin Abdullah

Gambar Postingan 6

Membuka Pintu Rezeki: Doa-doa yang Membawa Berkah dalam Pekerjaan